Sekolah, namun di lingkungan pesantren biasanya dikenal Penerimaan Santri Baru (PSB). PPDB dilakukan berdasarkan nondiskriminatif, objektif, transparan, akuntabel dan berkeadilan (Kebudayaan, 2018) Berdasarkan hasil wawancara kepada narasumber Muhammad Akis selaku panitia PSB pada MAS NuruI As’adiyah Callaccu, Anda juga bisa menghubungi kontak atau mengakses website sekolah jika tersedia. Pondok Pesantren As'Adiyah Cabang Ereng-Ereng Bantaeng. Alamat lokasi: Eren Ereng, Tompobulu, Labbo, Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan 92517, Indonesia. Nomor telepon / kontak: 0852-4245-9549. Jelas Kamal, Ponpes As’adiyah Pulau Sebatik, merupakan cabang dari Ponpes yang berpusat di Kota Sengkang, Sulawesi Selatan. Pada 2014 lalu, salah satu pengusaha Pulau Sebatik, Haji Ali Karim, membeli lahan dan membangun Ponpes yang saat itu, hanya terdiri dari satu gedung. Sementara, Pimpinan Pondok Tahfiz Al-Qur'an As'adiyah Pattirosompe Pusat Sengkang, Ustadz Abdul Waris menyampaikan kebahagiannya karena wisuda tersebut dihadiri Bupati Wajo. "Alhamdulillah, kami laporkan kepada Bapak Bupati bahwa tahun ini kita mewisuda 30 orang hafiz 30 juz terdiri 25 orang santri dan 5 orang santriwati," ucapnya. Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan anak ke pondok pesantren memang tidak mudah. Perlu banyak pertimbangan bagi orangtua untuk melepas anak hidup dan belajar sendiri di tempat lain. Kamis, 08/07/2022. ALUMNI MAS NURUL AS'ADIYAH CALLACCU. Saat ini Madrasah Aliyah Nurul As'adiyah Callaccu Sengkang sudah meluluskan 1.194 alumni. Program Keagamaan (530 Orang), Ilmu Pengetahuan Sosial (582 Orang), Ilmu Pengetahuan Alam (82Orang). Dra. Mardewi. Sekolah Dasar As’adiyah (SDA) adalah lembaga pendidikan dasar formal di Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia. Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang memiliki dan menyelenggarakan Sekolah Dasar As’adiyah (SDA) Pusat Sengkang. Penulisyang menghadiri langsung talkshow ekonomi syariah di mall Pipo Makassar Minggu 27 Agustus 2017, merasa takjub dengan perkemb Lebih jauh beliau menyampaikan bahwa pondok pesantren As'adiyah Dapoko merupakan pondok pesantren yang menganut paham moderasi. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak budaya dan As'adiyah mengislamkan budaya yang ada. Beliau juga menyampaikan bahwa pondok pesantren As'adiyah Dapoko yang berdiri sejak 2007 mengalami kemajuan sampai saat Ayo Santri dan Alumni As’adiyah Dukung PSB As’adiyah 2023 dengan menggunakan Twibbon Resmi Asadiyah Pusat.. Diterbitkan : 31/03/2023 Pendaftaran Santri Baru 2023/2024 Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang kembali menerima Santri Baru, Tahun Pelajaran 2023/2024.. QNkrS4. SENGKANG - Berdiri sejak 1930, Pondok Pesantren Asadiyah Sengkang menjadi ponpes tertua di Sulawesi Selatan. Hingga hari ini, As'adiyah tetap eksis dan terus mencetak ratusan ribu santri yang tersebar di berbagai pelosok dunia. Ulama-ulama beken seperti imam Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, atau yang lebih tua dari itu seperti pendiri Pesantren DDI Mangkoso, KH Abdurrahman Ambo Dalle, pendiri Ponpes Yayasan perguruan Islam Beowe Yasrib Soppeng, KH Daud Ismail, pendiri Ponpes Nurul Azhar Talawe Sidrap, KH Fathuddin Sukkara adalah alumni As'adiyah. Boleh dikata, As'adiyah adalah gudang para ulama. Itu pulalah yang membuat Kota Sengkang, dikenal sebagai Kota Santri. Dua tahun sebelum didirikan, tepatnya 1928, KH Muhammad As'ad atau yang dikenal Gurutta Puang Haji Sade yang tinggal di Mekkah, Arab Saudi pulang ke tanah leluhurnya di tanah Bugis di Sengkang, Kabupaten Wajo. "Beliau adalah seorang ulama di Mekkah, banyak jemaah haji pada saat itu meminta kepada Gurutta untuk kembali. Apalagi saat itu, banyak kemungkaran yang terjadi di Wajo," kata Wakil Ketua Umum PP As’adiyah, KH Muhyiddin Tahir. Mulanya, Puang Haji Sade cuma membuat halaqah rutin di kediamannya di sebelah barat Masjid Jami' yang menjadi cikal bakal Ponpes As'adiyah. Dua tahun berselang, halaqah rutin itu pun dilakukan di Masjid Jami', dan dibentuklah satuan pendidikan dengan nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI, yang kelak dikenal sebagai Ponpes As'adiyah. Hingga saat ini, Masjid Jami masih menjadi tempat pendidikan. Untuk mengenang jasa-jasa Gurutta, nama ruas jalan itu diabadikan dengan namanya, Jl KH Muhammad As'ad. Sepeninggal Gurutta Puang Haji Sade pada 1952, salah satu muridnya, yakni KH Daud Ismail diamanahkan untuk mengembang kepemimpinan di As'adiyah. "Saat itu Anregurutta Haji Daud Ismail adalah seorang pegawai negeri di Bone, karena panggilan wasiat Gurutta, beliau meninggalkan status pegawai negerinya dan kembali ke Sengkang," kata Muhyiddin Tahir. Hingga saat ini, sudah ada 8 orang yang memimpin Pondok Pesantren yang berjarak sekitar 200 km dari Kota Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah AGH Daud Ismail yang memimpin selama 9 tahun 1952-1961, kemudian dilanjutkan lagi oleh salah satu murid Gurutta Puang Haji Sade, yakni AGH Muhammad Yunus Martan selama kurang lebih 27 tahun 1961-1988. AGH Hamzah Badwi adalah pimpinan Ponpes As'adiyah dengan masa jabatan paling sebentar, yakni cuma 8 bulan 1988. Lalu digantikan oleh AGH Abdul Malik selama 12 tahun 1988-2000, lalu AG Prof Dr H Abdul Rahman Musa selama 2 tahun 2000-2002, dan AG Prof Dr H M Rafii Yunus Martan selama 16 tahun 2002-2018. Makassar ANTARA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin tiba di Kota Sengkang, kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan untuk membuka Muktamar ke-15 Pondok Pesantren As'adiyah tahun 2022. Menggunakan Helikopter VVIP Kepresidenan Super Puma TNI AU, Wapres lepas landas pada Sabtu sekitar pukul WITA dari Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin, Makassar, menuju Helipad Stadion Andi Ninnong, Kota Sengkang, Kabupaten Wajo. Setelah menempuh penerbangan selama 1 jam, Wapres Ma'ruf tiba di Kota Sengkang dan disambut oleh Bupati Wajo Amran Mahmud dan Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As'adiyah Muhammad Sagena. Agenda kunjungan Wapres di Kota Sengkang adalah untuk meresmikan Pembukaan Muktamar ke-15 Pondok Pesantren As'adiyah tahun 2022. Muktamar ke-XV Pondok Pesantren As'adiyah tahun 2022 mengambil tema "Transformasi Nilai-Nilai Wasathiyah As’adiyah Menuju Indonesia Tangguh dan Bermartabat". Muktamar berlangsung pada tanggal 3 - 5 Desember 2022. Setelah acara peresmian, Wapres diagendakan kembali ke Makassar pada hari yang sama, sekitar pukul WITA untuk melanjutkan agenda selanjutnya yaitu silaturahmi dengan Civitas Akademika Universitas Muslim Indonesia UMI dan pengukuhan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah KDEKS Provinsi Sulawesi Selatan di Kampus UMI, Kota Makassar. Kunjungan kerja Wapres ke Kota Sengkang merupakan lanjutan dari rangkaian kunjungan kerja lima hari ke tanah Papua. Pada Jumat 2/12, Wapres telah menuntaskan sejumlah kegiatan di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Kegiatan tersebut antara lain meresmikan Pusat Pelayanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah PLUT KUMKM Kabupaten Biak Numfor, menyerahkan bantuan kapal nelayan, menyaksikan pelepasan ekspor ikan tuna di Pelabuhan Pelindo dan audiensi dengan Bupati Biak Numfor, Pj Bupati Kepulauan Yapen, Wakil Bupati Kepulauan Waropen, Sekretaris Daerah kabupaten Supiori Ferra Wanggai dan anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Forkopimda di Kabupaten Biak Numfor. Hadir juga Wakil Menteri Dalam Negeri John Wempi Wetipo dan Sekretaris Daerah Papua Ridwan Rumasukun. Hadir mendampingi Wapres dalam kunjungan kerja ke Kota Sengkang antara lain Gubernur Sulawesi Selatan Andi S. Sulaiman, Pangdam XVI/Hasanuddin Totok Imam Santoso dan Kapolda Sulawesi Selatan Nana Sujana. Berita ini juga telah tayang di dengan judul Wapres Ma'ruf buka Muktamar XV Pondok Pesantren As'adiyah di Sengkang SENGKANG - Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang adalah pondok pesantren tertua di Sulawesi Selatan. Terletak di tengah-tengah ibu kota Kabupaten Wajo, berjarak sekitar 200 km dari Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Didirkan pertama kali oleh seorang ulama Bugis yang lahir dan besar di Makkah, Arab Saudi, yakni KH Muhammad As'ad atau lebih dikenal sebagai Anregurutta Puang Haji Sade pada 1930. Hingga kini, As'adiyah masih eksis dan terus mencetak santri-santri yang berkualitas dan berdaya saing, serta menjadi wadah penempaan bagi calon-calon ulama besar. Sepanjang perjalanannya selama 90 tahun lebih, ada 8 orang tercata memimpin pondok pesantren yang dulunya bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI itu. Dimulai oleh sang pendiri, yakni KH Muhammad As'ad 1930-1952, lalu dilanjutkan Muhammad Daud Ismail 1952-1961, Muhammad Yunus Martan 1961-1988, Hamzah Badawi 1988, Abdul Malik 1988-2000, Abdul Rahman Musa 2000-2002, Muhammad Rafii Yunus Martan 2002-2018 dan Muhammad Sagena 2018-sekarang. Berikut profil singkat para pimpinan Ponpes As'adiyah dari masa ke masa 1. AGH Muhammad As'ad al Bugisi 1930-1952. Beliau adalah anak dari pasangan Syeikh H Abdul Rasyid dengan Hj St Saleha binti Abdul Rahman, lahir di Makkah 12 Rabiul Akhir 1326 H/1907 M. Masa kecil dan remaja Muhammad As'ad dihabiskan di Makkah, Arab Saudi untuk belajar ilmu agama. "Sekitar 1928, Gurutta kembali ke tanah leluhurnya, lantaran banyaknya permintaan dari jemaah haji asal Wajo yang memintanya ke Wajo," kata Wakil Ketua Umum PP As’adiyah, KH Muhyiddin Tahir. Usianya 21 tahun saat menginjakkan kaki di tanah leluhurnya. Pada saat itu, di kediamannya di sebelah barat Masjid Jami cikal bakal Ponpes As'adiyah, Muhammad As'ad mengadakan halaqah rutin. Dua tahun berselang, yakni Mei 1930 halaqah dipindah di Masjid Jami' dan KH Muhammad As'ad resmi membuat sebuah lembaga pendidikan bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah MIA. Murid-murid awalnya, yakni Muhammad Daud Ismail, Muhammad Yunus Martan, serta Abdurrahman Ambo Dalle, adalah ulama-ulama kesohor di Sulawesi Selatan. Dua nama awal kelak melanjutkan estafet kepemimpinan di pesantren, sementara nama terakhir adalah pendiri Ponpes DDI Magkoso di Kabupaten Barru.